Diberdayakan oleh Blogger.

Tanda Kehancuran

“Jika Kami ingin menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang- orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka berbuat kedurhakaan di negeri itu. Maka sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur- hancurnya” (QS. Al Israa’: 16).

Yang seharusnya menghukum, justeru kini banyak yang dihukum; yang seharusnya menangkap, malah ditangkap; yang seharusnya mencegah narkoba, tidak sedikit yang terlibat narkoba; dan yang seharusnya menangkap pencuri, ternyata ada yang ikut mencuri. Itulah kenyataan tak terbantahkan sekarang, yang menunjukkan betapa rapuh keadaan iman sebahagian kita, tak terkecuali orang-orang yang dianggap terpercaya sebagai pengurus umat. Kenyataan ini adalah tanda-tanda kehancuran dahsyat bagi suatu negeri.

Rapuhnya iman yang membawa kehancuran negeri bisa terjadi bila melupakan petunjuk hidup, yaitu Alquran. Di saat iman berada pada titik sangat rendah sehingga melakukan kejahatan, itu berarti tak mengimani lagi adanya malaikat yang selalu mengawasi.  Padahal disebutkan dalam Alquran: “(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya kecuali ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaf: 17-18).

Kehancuran negeri semakin parah, apalagi bila banyak orang tak mau menunjukkan kepedulian. Tak mau peduli bisa berarti sengaja membiarkan, seperti dibiarkannya orang- orang bejat terpilih untuk menduduki posisi-posisi penting di negeri ini. Dan membiarkannya bukan berarti aman dari dosa. Setiap diri kita punya kewajiban untuk mencegahnya, seperti dengan tangan, lidah, dan hati. Sekurang-kurangnya punya suara dan waktu untuk bersatu-padu menghentikan perilaku para perusak, sebelum turun azab besar.

0 komentar:

Posting Komentar