Diberdayakan oleh Blogger.

Wasiat Nabi Ya'qub

“Adakah kamu hadir saat Ya’qub kedatangan tanda- tanda kematiannya, tatkala dia berkata kepada anak- anaknya, ‘Apakah yang akan kamu sembah se peninggalku?’” (QS al Baqarah: 133).

Orang-orang yang terjerumus dalam berbagai kejahatan seperti korupsi, umumnya berada pada usia seorang ayah atau ibu. Tak sedikit di antaranya sudah di usia senja dan bahkan berlimpah harta. Dilakukannya berbagai kejahatan seperti itu seakan ingin menyatakan kekuatirannya terhadap masa depan anak-anak dan cucunya. Yaitu, kuatir tak ada yang akan dimakan sepeninggalnya, sehingga dipandang perlu merampas hak-hak orang lain. Berbeda dengan Nabi Ya’qub; bukan apa yang akan dimakan anak- anaknya yang dikuatirkannya, tetapi apa yang akan disembah sepeninggalnya.

Bila direnungi, menguatirkan tentang agama anak-anak sepeninggal kita, sangatlah wajar. Persoalan apa yang akan dimakan, pasti dicari sendiri oleh anak-anak. Apalagi setiap orang dikaruniai potensi, pikiran dan nafsu makan yang mendorong untuk terus melakukan pencarian makanan. Namun kalau apa yang akan disembah, meskipun sangat penting, tak semua orang mampu merasakan pentingnya, juga tak semua orang mendapat petunjuk yang benar.

Karena itu, dititipkan kewajiban bagi setiap orang tua untuk mendidik anak-anak terlebih dahulu dengan pendidikan agama. Sebagai suatu kewajiban, tentunya sangat berdosa bila diabaikan.  Sebaliknya berpahala bila ditunaikan. Bahkan, mendidik anak dengan pendidikan agama memungkinkan orang tua mendapat pahala amal jariyah, yang terus mengalir meskipun telah nyawa telah tak dikandung badan.

0 komentar:

Posting Komentar