Amalan yang Baik
“Beribadatlah sesuai kemampuanmu. Demi Allah, Dia tidak pernah bosan memberi pahala, sehingga kamu sendiri yang bosan mengerjakan amal ibadahmu. Dan amal yang paling disukai Allah ialah yang dikerjakan secara tetap oleh pelakunya” (HR. Muslim).
Setiap orang dihadapkan pada keharusan untuk memilih setiap saat. Baik memilih hal konkrit maupun yang abstrak atau tak terlihat indera. Hal itu jelas dirasakan ketika memilih pakaian, penggunaan waktu, makanan, teman, lisan, hingga memilih beriman atau tidak. Di antara pilihan itu, iman adalah pilihan abstrak, apalagi letaknya di hati.
Meskipun abstrak, iman menentukan wujud yang lain, kata Rasulullah SAW. Ia menentukan pakaian yang disenangi untuk dipakai, waktu yang digunakan atau dibiarkan berlalu, makanan yang halal atau haram, teman yang menambah iman atau menggelandang ke jurang maksiat, dan lisan untuk kebaikan atau kejahatan. Dengan demikian, iman juga ditentukan. Baiknya iman ditentukan oleh bagaimana waktu digunakan, misalnya. Ketika iman kuat, waktu yang ada adalah kesempatan bekerja mendulang pahala melalui ibadah atau mencari nafkah yang halal. Sehingga waktu sama artinya dengan harapan mewujudkan kebaikan. Dengan mewujudkan harapan yang demikian, waktu bisa dipertanggungjawabkan.
Berbeda ketika iman lemah atau sirna, waktu menjadi bermakna keputus-asaan. Sehingga waktu sia-sia. Bukan hanya tak digunakan, tetapi juga digunakan bukan untuk menghasilkan kebaikan.
Kuat-lemahnya iman bisa terjadi pada setiap insan. Kata Rasulullah, ada orang yang beriman di waktu malam, tapi siangnya menjadi kafir. Karena itu, penting mengawal pilihan (beriman) agar istiqamah.
0 komentar:
Posting Komentar