Diberdayakan oleh Blogger.

Istirahat Bukan Tidur

Aku masih belum paham dengan hasil yang Allah berikan kepadaku, namun aku tetap bersyukur. Kembali aku memutar ingatan masa lalu ketika aku belajar.

Proses belajarku pada tahun ini sedikit meningkat. Memang tetap ada kesalahan-kesalahan yang aku lakukan, seperti mata kuliah Tauhid, ini sungguh menyulitkan hari-hariku selepas ujian. Bagaimana tidak, sampai malam ujian aku belum mempersiapkan secara matang. Aku rasa ini pertolongan Allah.

Term pertama pun berlalu dengan berakhirnya ujian mata kuliah keempat, qadaya. Berniat saat itu akan memperbaiki hari yang buruk di musim dingin pada musim panas mendatang. Lama menunggu waktu, akhirnya tiba waktunya Term kedua dimulai. 

Kuliah pada Term ini sedikit berlubang, yang aku masih ingat mata kuliah ushul fiqih. Mata kuliah ini sekalipun aku tidak menghadirinya. Namun tidak tanpa alasan, jadwal kuliahnya bentrok dengan jadwal memasak. Aku juga ingat, musim panas ini aku sedikit sadar akan kapasitas diriku dalam membaca Al Quran, akhirnya aku mengikuti pelatihan tahsin di dua tempat, pagi setelah subuh di husain bersama seorang Syaikh, dan sore harinya di Mutsallas bersama guru asal Indonesia. 

Disela-sela waktu aku juga mengikuti pengajian pelajaran Nahwu di salah satu pojok Masjid Azhar. Beberapa bulan waktu berjalan, aktivitas terus berulang. Hingga tiba saatnya break untuk menyiapkan ujian.

Mata kuliah kali ini berjumlah 8. Persiapan dimulai sebulan sebelum ujian dilaksanakan. Hari-hari terus diisi dengan muqarrar, belajar di Masjid terkadang di ruang keluarga, dan juga tak jarang di kamar. Aku mengatur jadwalnya sedemikian indah; siang di kamar, sore sampai malam di masjid, tengah malam di kamar, dan subuh sebentar di ruang keluarga.

Akh tidak mengenal tidur ketika itu, tapi aku dan teman-teman menyebutnya istirahat. Dalam kamus kami tidur dan istirahat memiliki arti yang beda walaupun pekerjaannya sama, kami menyebutnya untuk menghormati musim ujian. Aku kembali ingat bagaimana waktu itu aku tidur, tepatnya saat musim ujian dimulai. Aku tidur tanpa beralas kasur, juga kain tebal dan semacamnya, tapi aku tidur dengan beralaskan kain sarung tepat di atas karpet tipis sebagai pelapis lantai semen. Tepatnya, aku tidak bisa tidur beralaskan kasur pada saat itu.

0 komentar:

Posting Komentar