Ketika Ujian Menyapa
Mahasiswa Program Sarjana Universitas Al Azhar Mesir akan melaksanakan Final Term II pada pertengahan bulan Mei depan. Sistem ujiannya berupa syafawi(lisan) dan tahriri(tulisan). Ujian lisan akan berlangsung pada interval tanggal 11 sampai 23, dan berikutnya akan dilanjutkan dengan Ujian Tulis.
Sistem perkuliahan di Universitas Al Azhar tingkat sarjana, setiap tahunnya terbagi kepada dua sesi, Term I dan Term II. Term I dilaksanakan pada musim dingin, sedangkan Term II dilaksanakan di musim semi sampai awal musim panas. Dengan faktor ini menyebabkan mata kuliah di Term II lebih banyak karena waktu yang relatif panjang daripada Term I, disetiap Jurusannya.
Yang uniknya, rata-rata Organisasi Mahasiswa Asing yang biasanya mengadakan bermacam ragam kegiatan berupa kajian diskusi, riset penelitian, seminar pendidikan dan lainnya sekejap terhenti dengan akan dilangsungkannya Ujian Term II Al Azhar ini. Sebagai contoh, Keluarga Mahasiswa Aceh Mesir (KMA) di Cairo, sudah menghentikan segala agenda formal pada tanggal 12 April yang lalu dengan satu kajian keilmuan.
Juga IPQI Mesir --kepanjangan dari Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah Indonesia, organisasi ini fokus dibidang baca al-Quran secara mujawwad juga tahsin dan hafal al-Quran-- telah menghentikan sesaat berbagai kegiatan pada tanggal 11 April yang lalu. Dan akan dilanjutkan kembali selepas ujian Term II. Padahal interval waktu dihentikannya segala aktivitas mahasiswa indonesia berkisar setengah sampai satu bulan.
Termasuk mereka yang gemar dalam menghadiri talaqqi di sudut-sudut masjid Al Azhar, ada yang tawaqquf (berhenti) sejenak dalam menyambut Ujian ini.
Berhentikannya segala aktivitas ini bertujuan, agar para mahasiswa dapat fokus dalam mempersiapkan secara matang mata kuliah yang akan diuji. Dibalik itu, sebenarnya ada hal yang lebih ekstrim lagi yang menjadi faktor berhentinya berbagai kegiatan non-akademik Mahasiswa Indonesia. Yaitu, sistem kuliah Al Azhar yang berbeda dengan Universitas di tempat lain, khususnya di Indonesia.
Ujian di Al Azhar
Pada dasarnya, pendidikan sarjana di Al Azhar terdiri dari empat tingkat(level), disetiap level terdiri dari dua Term. Diakhir setiap Term dilaksanakan ujian. Dan hasil ujian pada dua Term ini menjadi nilai yang menentukan lulus atau tidaknya mahasiswa.
Al Azhar, terkhusus jurusan agama, masih menganut sistem klasik di Universitasnya. Berbeda dengan Universitas lain, khususnya di Indonesia yang sistem kuliahnya terbagi dalam berbagai model pengajaran, salah satunya diskusi. Juga, sistem pengambilan nilai yang terbagi dalam tiga elemen, yaitu Quiz, Midterm, dan Final. Yang biasanya nilai Quiz dan Midterm akan sangat membantu nilai Final, sehingga nilai Final bukanlah harga mati.
Sedangkan di Al Azhar, nilai hasil ujian Term menjadi nilai mutlak dan sandaran nilai kelulusan. Sistem klasik di Al Azhar tidak mengenal Quiz dan Midterm, hanya sesekali di jurusan dan mata kuliah tertentu yang meminta mahasiswa untuk membuat bahs(karya ilmiyah). Sehingga menjadikan nilai Final adalah harga mati untuk naik ke tingkat selanjutnya.
Sistem kuliah yang seperti ini membuat para Mahasiswa Al Azhar, non-arabic speaking khususnya sangat berhati-hati dalam menghadapi dan mengikuti ujian. Ujian setiap mata kuliahnya selama tiga jam harus mampu menyelesaikan tiga sampai lima soal dengan furu'-furu'nya. Sehingga sangatlah wajar kalau kita melihat mengapa kegiatan-kegiatan non-akademik dihentikan pada saat ujian.
Namun, sistem klasik sedemikian rupa tidak mengendurkan semangat para mahasiswa dalam menuntut ilmu. Disamping kuliah formal Universitas, diluar waktu kuliah para mahasiswa dapat memenuhi sudut-sudut masjid Al Azhar untuk menimba berbagai macam disiplin ilmu dari guru yang bersambung riwayat ilmunya sampai ke penulis kitab-kitab klasik tersebut. Al Azhar, yang berawal dari sebuah masjid sangatlah mengedepankan sanad(riwayat) dalam setiap ilmu yang dipelajari. Sehingga sistem pembelajaran seperti inilah yang membuat musuh-musuh Islam takut kepada Islam.
0 komentar:
Posting Komentar